Kamis, 07 Januari 2010

MACAM CAIRAN INFUS DAN KEGUNAANNYA

ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:
Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hati
Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik dibanding RL pada neonatus
Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi dengan isofluran
Mempunyai efek vasodilator
Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko memperburuk edema serebral



KA-EN 1B
Indikasi:
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
< 24 jam pasca operasi Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam KA-EN 3A & KA-EN 3B Indikasi: Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3
Indikasi :
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
Mensuplai kalium 20 mEq/L
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A
Indikasi :
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
Na 30 mEq/L
K 8 mEq/L
Cl 28 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS
Indikasi:
Untuk resusitasi
Kehilangan Na > Cl, misal diare
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)


Otsu-RL
Indikasi:
Resusitasi
Suplai ion bikarbonat
Asidosis metabolik

MARTOS-10
Indikasi:
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam, Mengandung 400 kcal/L


AMIPAREN
Indikasi:
Stres metabolik berat
Luka bakar
Infeksi berat
Kwasiokor
Pasca operasi
Total Parenteral Nutrition
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600
Indikasi
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
Penderita GI yang dipuasakan
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
Stres metabolik sedang
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G
Indikasi:
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
Nitrisi dini pasca operasi
Tifoid

Rabu, 06 Januari 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID


A. PENGERTIAN
Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

B. PENYEBAB

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)
C. PATOFISIOLOGIS
Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.
Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran (sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng soegijanto, 2002)
D. GEJALA KLINIS
Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih, terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta suhu badan yang meningkat.
Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)
Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)
Gambaran klinik tifus abdominalis
Keluhan:
- Nyeri kepala (frontal) 100%
- Kurang enak di perut ³50%
- Nyeri tulang, persendian, dan otot ³50%
- Berak-berak £50%
- Muntah £50%
Gejala:
- Demam 100%
- Nyeri tekan perut 75%
- Bronkitis 75%
- Toksik >60%
- Letargik >60%
- Lidah tifus (“kotor”) 40%
(Sjamsuhidayat,1998)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
Pemeriksaan Uji Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri
Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

F. TERAPI

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6. Golongan Fluorokuinolon
Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)

G. KOMPLIKASI

Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)
Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis, osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati. (Behrman Richard, 1992)
H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat keperawatan
2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung
3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh
A. PERENCANAAN
1. Mempertahankan suhu dalam batas normal
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia
Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan
Berri minum yang cukup
Berikan kompres air biasa
Lakukan tepid sponge (seka)
Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat
Pemberian obat antipireksia
Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat
2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan
Menilai status nutrisi anak
Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tetapi sering
Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama
Mempertahankan kebersihan mulut anak
Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi anak
3. Mencegah kurangnya volume cairan
Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam
Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan mukosa kering, bibir pecah-pecah
Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid sponge
Memberikan antibiotik sesuai program
(Suriadi & Rita Y, 2001)


I. DISCHARGE PLANNING
1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah defekasi
2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan
3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.
4. Penderita memerlukan istirahat
5. Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat
(Samsuridjal D dan Heru S, 2003)
6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak
7. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping
8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut
9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.
(Suriadi & Rita Y, 2001)






Sabtu, 12 Desember 2009

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)

Diagnosa Keperawatan : Resiko mudahnya terserang penyakit kurangnya pengetahuan tentang menjaga kebersihan diri berhubungan dengan kurangnya informasi.
Topik : Menjaga kebersihan diri
Sub Topik : Pentingya menjaga kebersihan diri
Sasaran : Siswa kelas 1 dan 4 SD Negeri 3 Karangsari
Waktu : 1 x 15 menit
Tanggal : 25 Oktober 2009
Tempat : Aula SD Negeri 3 Karangsari
Penyuluh : Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong Armita Alamsari
I. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1 x 15 menit, di harapkan siswa SD Negeri 3 Karangsari dapat menjaga kebersihan diri.

II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan 1 x 15 menit diharapkan siswa SD N 3 Karangsari mampu :
1. Menyebutkan kembali pengertian kebersihan diri
2. Menyebutkan kembali tanda-tanda kurang perawatan diri
3. Menyebutkan kembali pencegahan kebersihan diri
4. Menyebutkan kembali pentingnya kebersihan diri
5. Menyebutkan kembali cara perawatan kebersihan diri
6. Termotivasi untuk melakukan pentingnya menjaga kebersihan diri
7. Mendemonstrasikan cara mandi yang bersih

III. Pokok Materi
1. Pengertian
2. Masalah kebersihan
3. Tanda-tanda kurang perawatan diri
4. Pencegahan Kebersihan diri
5. Pentingnya Kebersihan diri

IV. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
2. Strategi Pelaksana
Jam / waktu Tahap Respon
5 menit Orientasi :
- Memberi salam
- Mengingatkan kontrak waktu
- Menjelaskan maksud dan tujuan
- Menanyakan kesediaan
- Menjawab salam
- Audiens ingat dengan kontrak waktu
- Audiens mengerti maksud dan tujuan
- Audiens siap/bersedia menjawab pertanyaan
5 menit Kersa :
- Menjelaskan pengertian kebersihan
- Menjelaskan tanda-tanda kurang perawatan diri
- Menjelaskan pencegahan kebersihan diri
- Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
- Menjelaskan cara perawatan kebersihan diri
- Audiens mendengarkan penjelasan penyaji
5 menit Terminasi :
- Melakukan evaluasi


- Memberi salam penutup
- Audiens mampu menjawab pertanyaan penyaji
- Menjawab salam

V. Media dan Sumber
1. Media : Lembar balik, leaflet, demonstrasi
2. Sumber : Ikhwan Kunto Alfarisi. (2008). Menjaga Kebersihan Diri. Jakarta


VI. Evaluasi
1. Evaluasi Persiapan
a) Materi sudah siap dan dipelajari 3 hari sebelum penkes
b) Media sudah siap 2 hari sebelum penkes
c) Undangan untuk peserta didik seudah disampaikan 3 hari sebelum penkes
d) Tempat sudah siap 2 jam sebelum penkes
e) SAP sudah siap 2 hari sebelum penkes
2. Evaluasi Proses
a) 80% peserta didik datang tepat waktu
b) Peserta didik memperhatikan penjelasan penyaji
c) Peserta didik aktif bertanya memberikan pendapat, media dapat digunakan secara efektif
3. Evaluasi Hasil
a) Sebutkan kembali pengertian kebersihan
b) Sebutkan kembali tanda-tanda kurang perawatan diri
c) Sebutkan kembali pencegahan Kebersihan diri
d) Sebutkan kembali pentingnya Kebersihan diri
e) Sebutkan kembali cara perawatan kebersihan diri

VII. Materi
Terlampir

MATERI
MENJAGA KEBERSIHAN DIRI

A. Definisi
Kebersihan diri adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, sampah dan bau.

B. Masalah
Masalah kebersihan diri adalah lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akan hal kebersihan. Tempat pembuangan kotoran tidak digunakan dan tidak dirawat dengan baik. Akibatnya masalah penyakit timbul seperti diare, penyakit kulit, penyakit pernafasan dan lain-lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang. Berbagai upaya pengembangan kesehatan anak pun menjadi terhambat.

C. Tanda-tanda Kurang Perawatan Diri
Tanda-tanda kurang perawatan diri adalah penampilan dekil, bau badan, rambut kumal, kotor dan banyak kutu, kuku panjang dan kotor, kadang tubuh dipenuhi panyakit kulit (jamur, koreng, panu, borok, dll)

D. Cara Menjaga Kebersihan Diri
1. Cuci tangan
2. Mencuci alat makan
3. Mencuci Kaki
4. Membersihkan lingkungan tempat tinggal

E. Pentingnya Kebersihan Diri
1. Kebersihan Diri merupakan langkah awal mewujudkan kebersihan diri
2. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko seseorang terhadap kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit

F. Cara Perawatan Kebersihan Diri
1. Cara perawatam rambut dan kepala dengan shampo secara rutin (minimal 2 kali seminggu)
2. Cara menjaga kebersihan muka dan mata (minimal 3 kali sehari)
3. Cara menjaga kebersihan telinga dan hidung secara rutin (1 -2 minggu sekali)
4. Cara menjaga kebersihan gigi dan mulut setiap selesai makan dan sebelum tidur
5. Cara menjaga kebersihan badan mandi menggunakan sabun mandi secara rutin (minimal 2 kali sehari)
6. Cara menjaga kebersihan tangan dan kaki. Bersihkan tangan dan kaki sehari minimal 2 kali sehari atau setiap kotor.

DAFTAR PUSTAKA
Ikhwan Kunto Alfarisi. (2008). Menjaga Kebersihan Diri. Jakarta

Jumat, 20 November 2009




PERADANGAN KATUP JANTUNG

A.     Definisi

Penyakit infeksi jantung yang pada umumnya akibat inflamasi atau pengaruh toksin yang lama atau proses pathogen yang bukan secara langsung bersumber dari jantung.
( long.B.C 1996.597 )

1.      Endokarditis

       Endokarditis infeksiosa adalah suatu infeksi yang melibatkan endokarditis yang utuh/rusak atau katup jantung proteosa.
( Chung. E.K. 1995 . 112 )
Endokarditisinfeksiosa adalah infeksi yang menimbulkan vegetasi pada endokardium.

( Horison . 1999 . 583 )
       Endokarditis infektif adalah penyakit infeksi oleh mikroorganisme pada endokardium katup jantung.
( Syaefulloh . N . 1996 . 1038 )

Dapat diklasifikasikan menjadi :

a.       Endokarditis katup alamiah
      -Endokarditis bakterialia akut
Lama penyakit kurang dari dari 6 minggu.
            Biakan darah (+) pada 95% pasien.
      


      -Endokarditis bakterialis sub akut.
            Lama penyakit lebih dari 6 minggu.
            Biakan darah (+) pada 25-95% pasien.

b.   Endokarditis katup proteosa.
Nilai dini < 60 hari.
Nilai lanjut > 60 hari.
( chung . E.K 1995 . 113 )
2.      Myocarditis

      Peradangan mokardium yang tidak berkaitan dengan penyakit arteri koroner atau infari miokardium.
( corwin .E. 2000. 374 )
      Peradangan miokardium yang disebabkan oleh infeksi bakteri reaksi hipersensitifitas / terjadi dengan endokarditis,perikarditis.
( dinkes . 1996 . 112 )
3.      Perikarditis

Peradangan perikardium ,kantung membrane yng membungkus jantung.
( smutzer . S .2001 . 840 )
      Penyakit katup jantung adalah penyakit yang tidak dapat terbuka secara sempurna yang biasanya terjadi secara sianosis dan tidak dapa menutup menutup sehingga mempengarungi aliran darah dan dapat terjadi kebocoran.
( smutzer . S . 2001 . 824 )
      Penyakit katup jaantung vascular merupakan terminology umum tentang berbagai kondisi yang mempengaruhi katup jantung abnormalitas aliran darah dan perubahan struktur jantung akibat penyakit dapat mempengaruhi katup bikuspidalis,pulmonal,mitral dan aortic.
( hudak dan gallo . 1997 . 409 )



B.     Etiologi

1.      Endokarditis
a.       sumber infeksi
b.      factor predisposisi
c.       penyebab atau pencetus
d.      mikroorganisme
2.      Miocarditis
a.       Virus
b.      Bakteri
c.       Riketsia
d.      Penyakit limfe
e.       Protozoa
f.        Terapi radiasi
g.       Hipersensitifitas obat
3.      Perikarditis
Infeksi bakteri ,metabolic,trauma obat,neoplasma idiopotik.
4.      Penyakit katup campuran
               Demam rheumatoid.

C.           Manifestasi klinis
1.Endokarditis
a.       Demam
b.      Malaisea
c.       Kelelahan
d.      Anoreksia,nyeri muskuloikeletal
e.       Splenomegali
f.        Pendarahan sub lingual
g.       Neurology timbul pada 1/3 pasien



2. Miocarditis
      Gejalanya tergantung jenis infeksinya.Kerusakan jantung dan kemampuan miokardium,kelelahan,dispnea,berdebar-debar dan kadang rasa tak nyaman di dad dan perut atas.Pembesaran jantung,suara bunyi tambahan,bising sistolik.
( Long . C . B 1996 . 602-603 )
3. Perikarditis
      Gejala nyeri selalu ada dan perikarditis akut yang paling sering dirasakan di daerah pericardium.

D.    Patofisiologi

1.      Perikarditis
             Perikarditis merupakan proses inflamasi dari viserl atau pariental pericardium.Ini terjadi akibat infeksi,komplikasi penyakit sistemik trauma atau neoplasma.Perikarditis bias akut dan kronik bias menyebar ke miokardium.Perikarditis diklasifikasikan fibiosa cexodativa,perikarditis bias serosis purolen atau hemoragik. Perikarditis kronik merupakan perikarditis terjadi timbulnya fibrosa dari kantung pericardium sebagai akibat sekunder dari trauma atau neoplasma.
2.      Myocarditis
            Adalah proses inflamasi mikardium.jantung merupakan otot efisien tergantung pada sehatnya setiap serabut otot.Miokarditis biasanya diakibatkan oleh proses infeksi atau keadaan hipersensitifitas seperti demam reumatik,mikarditis dapat menyebabkandilatasi jantung,thrombus dinding jantung,infiltrasi sel darah yang beredar disetiap pembuluh darah koroner.
3.      Endokarditis
             Endokarditis adalah peradangan endokardium yang paling sering menyerang katup jantung.Pengklasifikasian yang paling akhir dari endokarditis efektif adalah berdasarkan mikroorganisme.




         Organisme yang mendatangkan infeksi oleh arus darah yang terkumpul pada katup jantung,dimana pada enokardium yang menderita unumalia seperti prolap katup.Organisme menyerang katup jantung dan pada matrik katup kemudian terjadi pertumbuhan vegetatif yang menimbulan parut dan prporasi daun katup dan resiko bila pertumbuhan vegetatif terlepas dari bagian katup masuk dalam peredaran darah dan menjadi emboli dan bila masuk ke organ seperti limpa akan menimbulkan abses.



E. Fokus pengkajian


Pengkajian fisik
1.: kelelahan umum
2.Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3.    Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4.    Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5.    Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.







6.    Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7.    Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek ,batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,hemoptisis.
8.    Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan


F. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.


KRITERIA HASIL :

1.    Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa.
2.    Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
    Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.







INTERVENSI :

a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut.
c.  Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia     atrial; disritmia ventrikel; blok jantung.

e.  Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
f.  Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi.
g.  Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD.
h.  Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.


2.    Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.


KRITERIA HASIL :

1.    menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan.
2.    Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat.





INTERVENSI :


a.       Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal.
b.      Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga.
Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan     mental, vertigo.
c.    Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan,bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan.
d.      Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
e.       Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
f.        Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
g. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
   Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang     memerlukan intervensi medis.
h.       Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
      karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.






DAFTAR PUSTAKA

1.    Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.

2.    Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996

3.    Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

4.    Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

5.    Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001





PERADANGAN KATUP JANTUNG

A.     Definisi

Penyakit infeksi jantung yang pada umumnya akibat inflamasi atau pengaruh toksin yang lama atau proses pathogen yang bukan secara langsung bersumber dari jantung.
( long.B.C 1996.597 )

1.      Endokarditis

       Endokarditis infeksiosa adalah suatu infeksi yang melibatkan endokarditis yang utuh/rusak atau katup jantung proteosa.
( Chung. E.K. 1995 . 112 )
Endokarditisinfeksiosa adalah infeksi yang menimbulkan vegetasi pada endokardium.

( Horison . 1999 . 583 )
       Endokarditis infektif adalah penyakit infeksi oleh mikroorganisme pada endokardium katup jantung.
( Syaefulloh . N . 1996 . 1038 )

Dapat diklasifikasikan menjadi :

a.       Endokarditis katup alamiah
      -Endokarditis bakterialia akut
Lama penyakit kurang dari dari 6 minggu.
            Biakan darah (+) pada 95% pasien.
      


      -Endokarditis bakterialis sub akut.
            Lama penyakit lebih dari 6 minggu.
            Biakan darah (+) pada 25-95% pasien.

b.   Endokarditis katup proteosa.
Nilai dini < 60 hari.
Nilai lanjut > 60 hari.
( chung . E.K 1995 . 113 )
2.      Myocarditis

      Peradangan mokardium yang tidak berkaitan dengan penyakit arteri koroner atau infari miokardium.
( corwin .E. 2000. 374 )
      Peradangan miokardium yang disebabkan oleh infeksi bakteri reaksi hipersensitifitas / terjadi dengan endokarditis,perikarditis.
( dinkes . 1996 . 112 )
3.      Perikarditis

Peradangan perikardium ,kantung membrane yng membungkus jantung.
( smutzer . S .2001 . 840 )
      Penyakit katup jantung adalah penyakit yang tidak dapat terbuka secara sempurna yang biasanya terjadi secara sianosis dan tidak dapa menutup menutup sehingga mempengarungi aliran darah dan dapat terjadi kebocoran.
( smutzer . S . 2001 . 824 )
      Penyakit katup jaantung vascular merupakan terminology umum tentang berbagai kondisi yang mempengaruhi katup jantung abnormalitas aliran darah dan perubahan struktur jantung akibat penyakit dapat mempengaruhi katup bikuspidalis,pulmonal,mitral dan aortic.
( hudak dan gallo . 1997 . 409 )



B.     Etiologi

1.      Endokarditis
a.       sumber infeksi
b.      factor predisposisi
c.       penyebab atau pencetus
d.      mikroorganisme
2.      Miocarditis
a.       Virus
b.      Bakteri
c.       Riketsia
d.      Penyakit limfe
e.       Protozoa
f.        Terapi radiasi
g.       Hipersensitifitas obat
3.      Perikarditis
Infeksi bakteri ,metabolic,trauma obat,neoplasma idiopotik.
4.      Penyakit katup campuran
               Demam rheumatoid.

C.           Manifestasi klinis
1.Endokarditis
a.       Demam
b.      Malaisea
c.       Kelelahan
d.      Anoreksia,nyeri muskuloikeletal
e.       Splenomegali
f.        Pendarahan sub lingual
g.       Neurology timbul pada 1/3 pasien



2. Miocarditis
      Gejalanya tergantung jenis infeksinya.Kerusakan jantung dan kemampuan miokardium,kelelahan,dispnea,berdebar-debar dan kadang rasa tak nyaman di dad dan perut atas.Pembesaran jantung,suara bunyi tambahan,bising sistolik.
( Long . C . B 1996 . 602-603 )
3. Perikarditis
      Gejala nyeri selalu ada dan perikarditis akut yang paling sering dirasakan di daerah pericardium.

D.    Patofisiologi

1.      Perikarditis
             Perikarditis merupakan proses inflamasi dari viserl atau pariental pericardium.Ini terjadi akibat infeksi,komplikasi penyakit sistemik trauma atau neoplasma.Perikarditis bias akut dan kronik bias menyebar ke miokardium.Perikarditis diklasifikasikan fibiosa cexodativa,perikarditis bias serosis purolen atau hemoragik. Perikarditis kronik merupakan perikarditis terjadi timbulnya fibrosa dari kantung pericardium sebagai akibat sekunder dari trauma atau neoplasma.
2.      Myocarditis
            Adalah proses inflamasi mikardium.jantung merupakan otot efisien tergantung pada sehatnya setiap serabut otot.Miokarditis biasanya diakibatkan oleh proses infeksi atau keadaan hipersensitifitas seperti demam reumatik,mikarditis dapat menyebabkandilatasi jantung,thrombus dinding jantung,infiltrasi sel darah yang beredar disetiap pembuluh darah koroner.
3.      Endokarditis
             Endokarditis adalah peradangan endokardium yang paling sering menyerang katup jantung.Pengklasifikasian yang paling akhir dari endokarditis efektif adalah berdasarkan mikroorganisme.




         Organisme yang mendatangkan infeksi oleh arus darah yang terkumpul pada katup jantung,dimana pada enokardium yang menderita unumalia seperti prolap katup.Organisme menyerang katup jantung dan pada matrik katup kemudian terjadi pertumbuhan vegetatif yang menimbulan parut dan prporasi daun katup dan resiko bila pertumbuhan vegetatif terlepas dari bagian katup masuk dalam peredaran darah dan menjadi emboli dan bila masuk ke organ seperti limpa akan menimbulkan abses.



E. Fokus pengkajian


Pengkajian fisik
1.: kelelahan umum
2.Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3.    Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4.    Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5.    Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.







6.    Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah.
7.    Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek ,batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal,hemoptisis.
8.    Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan


F. Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.


KRITERIA HASIL :

1.    Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa.
2.    Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
    Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.







INTERVENSI :

a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut.
c.  Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia     atrial; disritmia ventrikel; blok jantung.

e.  Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
f.  Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi.
g.  Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD.
h.  Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.


2.    Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.


KRITERIA HASIL :

1.    menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan.
2.    Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat.





INTERVENSI :


a.       Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal.
b.      Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga.
Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan     mental, vertigo.
c.    Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan,bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan.
d.      Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan.
e.       Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
f.        Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
g. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat.
   Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang     memerlukan intervensi medis.
h.       Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan
      karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.






DAFTAR PUSTAKA

1.    Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994.

2.    Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996

3.    Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

4.    Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999

5.    Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001